Jurnal Refleksi Minggu Ke 20 - Modul 3.2.a.10.1
Tri Andari Setyaningrum
CGP Angkatan 4_SMA Negeri 7 Surakarta
Pada jurnal
refleksi minggu ke-20 saya mencoba menyusun dengan model 4F. 4F merupakan model
refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan
menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang
terjadi pada saat penulisan jurnal) : Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan
Penerapan.
1. Facts (Peristiwa)
Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara
makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah
ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah
teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah
adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan
abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama
lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam
ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam
ekosistem sekolah di antaranya adalah:
· Murid
· Kepala Sekolah
· Guru
· Staf/Tenaga
Kependidikan
· Pengawas
Sekolah
· Orang Tua
· Masyarakat
sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang
sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya:
· Keuangan
· Sarana dan
prasarana
Seorang
kepala sekolah berperan sebagai educator (pendidik),sebagai manajer, sebagai
pemimpin, sebagai administrator, sebagai supervisor, sebagai pencipta iklim
kerja, sebagai wirausahaan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah adalah mampu memotivasi, mengelola,
memanage, dan memahami karakter setiap warga sekolah sehingga mampu
memberdayakan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.
2.
Feelings (Perasaan)
Pada minggu ini saya
mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang
merupakan modul terakhir Pendidikan Guru Penggerak. Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan
tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana
penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan
yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset
yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada
komunitas perkotaan dan pedesaan .
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset
building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam
buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal
Manusia
· Sumber
daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi
sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan,
dan harga diri seseorang.
2. Modal
Sosial
· Norma
dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur
pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan
( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
3. Modal
Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
Bangunan yang bisa
digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan,
ataupun pelatihan.
4. Modal
Lingkungan/alam
Bisa berupa potensi yang
belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian
alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara
yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Tanah untuk berkebun,
danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah,
bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan
sebagainya.
5. Modal
Finansial
Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah
komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan
sebuah komunitas.
Modal finansial termasuk tabungan, hutan,
investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber
pendapatan internal dan eksternal.
6. Modal
Politik
Modal politik adalah ukuran keterlibatan
sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama
dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam
komunitas.
Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang
memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan
kesehatan, pelayanan listrik atau air.
7. Modal
Agama dan budaya
Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian,
kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan
pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya,
seni, dan lain-lain.
Kebudayaan yang unik di setiap daerah
masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda
yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang
geografis.
Agama merupakan suatu sistem berperilaku
yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam
sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut
terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku
atau amalan.
3. Findings
(Pembelajaran)
Di dalam modul ini saya mempelajari bagaimana cara pandang
kita mengelelola sebuah sumbedaya dan mengambil sebuah tindakan. Dua pendekatan
dalam mengelola sebuah aset adalah Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based
Thingking).
Perbedaan antara
pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan |
Berbasis pada aset |
Fokus pada masalah dan isu |
Fokus pada aset dan kekuatan |
Berkutat pada masalah utama |
Membayangkan masa depan |
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan-selalu bertanya apa yang kurang? |
Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan
kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi
lain |
Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya
(aset dan kekuatan) |
Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan
masalah |
Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan
kekuatan |
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek |
Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan |
(Green &
Haines, 2010)
4.
Future (Penerapan)
Dalam mengelola sebuah sumberdaya yang dimiliki oleh
sekolah, cara yang paling tepat digunakan adalah dengan Pendekatan Berbasis
Aset atau kekuatan. Melalui pendekatan ini, menuntun kita untuk fokus pada
kekuatan yang dimiliki untuk selalu mencari dan menemukan gagasan yang efektif
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pendekatan Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai
dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan,
pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan
demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan
kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA
menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang
dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi
lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah
jalan untuk menciptakan warga yang produktif. Pendekatan Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk
dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan
potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan
akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah
komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan
pada masalah yang sedang dihadapi.
No comments:
Post a Comment