3.1.a.10. Aksi Nyata- Pengambilan Keputusan
sebagai
Pemimpin Pembelajaran
Tri Andari
Setyaningrum
CGP Angkatan
4_SMA Negeri 7 Surakarta
Tujuan Pembelajaran Khusus
: CGP dapat mempraktikkan proses
pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah
CGP di SMA Negeri 7 Surakarta
Facts (Fakta/ Peristiwa)
Latar Belakang
Pandemic Covid-19 telah merubah segalanya terutama
di bidang Pendidikan. Guru dituntut untuk melek teknologi, menguasai
pembelajaran digital. Paradigma baru dalam dunia Pendidikan ini seiring dengan
program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah. Dimana guru harus
berubah dimulai dari paradigma dan cara pandangnya terhadap murid, proses
pembelajaran yang menarik dan berpihak pada murid. Dalam masa pandemic ini
mengakibatkan banyak murid yang selain sekolah secara online mereka juga dapat
mengerjakan aktifitas yang lain sehingga timbu masalah – masalah baru. Guru
selain sebagai pengajar juga sebagai pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
yang dituntut untuk mengambil keputusan secara bertanggungjawab dan bijaksana.
Alasan melakukan aksi nyata
Guru sebagai pemimpin pembelajaran sering
dihadapkan dengan permasalahan – permasalahan yang ada di sekolah baik permasalahan
murid maupun teman sejawat, dan guru
dituntut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan penuh bijaksana dan
tanggungjawab.
Feeling (Perasaan)
Saya sangat senang dapat diberi kesempatan untuk
mengimbaskan ilmu yang telah saya peroleh kepada seluruh warga sekolah, baik
teman sejawat, siswa maupun Kepala Sekolah. Perasaan senang dan bangga ini
mendorong saya untuk menyiapkan materi yang ingin saya sampaikan dengan penuh
semangat. Saya membayangkan jika seluruh komponen yang ada di sekolah dapat
bekerja sama membentuk lingkungan yang positif dan memperoleh manfaat. Selain
itu saya dapat terus berlatih dalam hal pengambilan keputusan dengan
mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Finding (Pembelajaran)
Yang saya dapatkan bahwa setiap keputusan yang
diambil harus dapat mempertimbangkan seluruh aspek yang relevan agar keputusan
yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Untuk mengambil keputusan
diperlukan 4 paradigma. 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Future (Rencana ke depan)
Mensosialisasikan dan mengimbaskan ilmu yang sudah
saya dapatkan selama pelatihan guru penggerak kepada teman sejawat.
Semakin mengasah ketrampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran di sekolah terhadap masalah – masalah yang sering muncul di
lingkungan sekolah.
Dokumentasi AKsi Nyata
Praktik Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran dilaksanakan pada kasus dilema etika yang saya
alami sendiri. Dan untuk menentukan pengambilan keputusan ini saya meminta
bantuan ibu Sri Saddemsi Rahayu teman se MGMP Bahasa Inggris di sekolah.dalam
keseharian memang kami dari MGMP Bahasa Inggris SMA Negeri 7 Surakarta sering
berdiskusi tentang materi, penilaian, Teknik mengajar dan lain – lain. Kali ini saya berdiskusi
dengan bu Saddemsi tentang dilemma etika yang saya alami. Ada kasus siswa kelas
XII IPS yang Bernama Muhammad Irfan sering kali tidak masuk sekolah baik itu
PJJ maupun PTM, sebenarnya murid tersebut sangat pandai, namun karena membantu
orang tua nya bekerja maka sering juga tugas – tugas sekolah terbengkalai. Dan
sebentar lagi adalah penerimaan raport, dimana kurikulum meminta jika murid –
murid yang bermasalah hasil akhir nilainya adalah batas KKM. Memang benar
bekerja untuk membantu orang tuanya adalah hal yang benar namun demikian sebagai murid masuk sekolah adalah kewajiban
dan guru memberikan nilai sesuai dengan tugas dan hasil murid. Yang menjadi
dilemma adalah apakah tetap memberikan tambahan nilai seperti yang diinginkan
kurikulum karena untuk pendaftaran Perguruan Tinggi dalam mencapai cita –
citanya.
Dokumentasi saat berdiskusi dengan Waka kurikulum berkaitan dengan permasalahan.
Dokumentasi pada saat saya mengajak diskusi bu Saddemsi tentang dilema etika yang saya alami
https://drive.google.com/file/d/1Sbh5MsHnjw7ujZuOr1kbfdQtrPJcz5Q0/view?usp=sharing
Berikut adalah pemaparan langkah yang saya ambil
dalam membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran terhadap dilema etika
yang saya alami
Kasus yang terjadi adalah kisah nyata yang dialami
oleh CGP sendiri (Tri Andari Setyaningrum).
Saya adalah guru pengajar Bahasa
Inggris kelas XII, salah satu murid saya yang Bernama Muhammad Irfan tidak
pernah mengumpulkan tugas dan tidak masuk sekolah baik PJJ maupun PTM. Saya
meminta bantuan BK untuk home visit, ternyata dia selama ini bekerja membantu
orang tuanya karena orang tuanya sakit. Sebentar lagi penerimaan raport
semester 1 dan kurikulum meminta saya untuk memberikan nilai karena untuk
membantu murid supaya dia mempunyai nilai dan dapat mendaftar UTBK untuk menuju
Perguruan Tinggi. Saya merasa bimbang, apakah saya harus memberikan nilai
seperti yang diminta oleh kurikulum atau kah membiarkan apa adanya karena hal
ini berkaitan dengan kredibilitas dan integritas saya sebagai guru. Namun
mengingat Muhammad Irfan adalah murid yang tidak bermasalah dan sebenarnya dia
anak yang pintar. Dua – dua nya adalah hal yang benar, apakah keputusan yang
saya ambil?
A. Dilema etika yang terjadi
Benar versus Benar. Memberikan nilai tambahan bagi murid sebagai bekal
dia untuk menuju ke perguruan tinggi adalah hal yang benar namun kredibilitas
dan integritas saya sebagai guru dipertaruhkan
dan membantu orang tua bekerja sebagai tulang punggung karena kedua
orang tua sakit adalah hal yang benar meski sekolah dinomorduakan.
B.
Paradigma Dilema etika yang terjadi : keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
Paradigma keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) Kadang
memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga
merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat
berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk
membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan.
C.
Prinsip pengambilan keputusan : Berpikir
berbasis rasa peduli (Care Based Thinking).
Saya sebagai Guru mempunyai
kepedulian terhadap keadaan murid mengingat dengan kondisi Muhammad Irfan.
D.
Memuat 9 langkah pengambilan keputusan
1)
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan
dalam studi kasus tersebut? Nilai yang bertentangan adalah nilai kepatuhan dan
empati
2)
apa yang terlibat dalam situasi tersebut
? Muhammad Irfan, guru-guru mata pelajaran, kepala sekolah
3)
Fakta yang relevan dengan situasi ini :Muhammad
Irfan membantu orang tua nya bekerja karena kondisi kedua orang tua nya yang
sakit sehingga dia tidak masuk sekolah dalam jangka waktu yang lama, memiliki
nilai kosong atau kurang untuk sejumlah mapel
4)
Pengujian benar atau salah
a.
Uji Legal : tidak ada pelanggaran hukum
b.
Uji Regulasi : terjadi pelanggaran aturan
sekolah berupa tidak masuk dalam jangka waktu yang lama
c.
Uji Intuisi : apakah guru akan merasa
bertindak adil jika memberikan nilai dengan mudah, di sisi lain merasakan
kasihan untuk masa depan murid tersebut
d.
Uji Publikasi : guru tidak nyaman karena
mengganggu privacy murid dan akan berdampak sampai ke integritas sekolah
e.
Uji Panutan/Idola : memberikan nilai
sesuai dengan kriteria penilaian masing-masing guru
5)
Pengujian paradigma benar lawan benar
Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan
6)
Melakukan prinsip resolusi Berpikir
berbasis rasa peduli (care-based thinking)
7)
Investigasi opsi trilema memberikan nilai
dengan catatan mengerjakan tugas pengganti kehadiran yang dapat dikerjakan
dirumah dan dapat dibantu anggota keluarga lainnya
8)
Buat keputusan menolong murid tersebut
atas dasar belas kasihan dengan cara memberikan nilai dengan catatan
mengerjakan tugas pengganti kehadiran yang dapat dikerjakan di rumah dan dapat
dibantu anggota keluarga lainnya
9)
Lihat lagi keputusan dan refleksikan
berpegang teguh pada peraturan itu penting, tetapi kita juga harus
mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan kepedulian