Friday, April 29, 2022

 

3.1.a.10. Aksi Nyata- Pengambilan Keputusan

sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Tri Andari Setyaningrum

CGP Angkatan 4_SMA Negeri 7 Surakarta

Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP di SMA Negeri 7 Surakarta

 

Facts (Fakta/ Peristiwa)

Latar Belakang

Pandemic Covid-19 telah merubah segalanya terutama di bidang Pendidikan. Guru dituntut untuk melek teknologi, menguasai pembelajaran digital. Paradigma baru dalam dunia Pendidikan ini seiring dengan program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah. Dimana guru harus berubah dimulai dari paradigma dan cara pandangnya terhadap murid, proses pembelajaran yang menarik dan berpihak pada murid. Dalam masa pandemic ini mengakibatkan banyak murid yang selain sekolah secara online mereka juga dapat mengerjakan aktifitas yang lain sehingga timbu masalah – masalah baru. Guru selain sebagai pengajar juga sebagai pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dituntut untuk mengambil keputusan secara bertanggungjawab dan bijaksana.

 

Alasan melakukan aksi nyata

Guru sebagai pemimpin pembelajaran sering dihadapkan dengan permasalahan – permasalahan yang ada di sekolah baik permasalahan murid maupun teman sejawat,  dan guru dituntut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan penuh bijaksana dan tanggungjawab.

 

Feeling (Perasaan)

Saya sangat senang dapat diberi kesempatan untuk mengimbaskan ilmu yang telah saya peroleh kepada seluruh warga sekolah, baik teman sejawat, siswa maupun Kepala Sekolah. Perasaan senang dan bangga ini mendorong saya untuk menyiapkan materi yang ingin saya sampaikan dengan penuh semangat. Saya membayangkan jika seluruh komponen yang ada di sekolah dapat bekerja sama membentuk lingkungan yang positif dan memperoleh manfaat. Selain itu saya dapat terus berlatih dalam hal pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

Finding (Pembelajaran)

Yang saya dapatkan bahwa setiap keputusan yang diambil harus dapat mempertimbangkan seluruh aspek yang relevan agar keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Untuk mengambil keputusan diperlukan 4 paradigma. 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Future (Rencana ke depan)

Mensosialisasikan dan mengimbaskan ilmu yang sudah saya dapatkan selama pelatihan guru penggerak kepada teman sejawat.

Semakin mengasah ketrampilan  pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah terhadap masalah – masalah yang sering muncul di lingkungan sekolah.

Dokumentasi AKsi Nyata

 



 


 

 

 

 

 

Praktik Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dilaksanakan pada kasus dilema etika yang saya alami sendiri. Dan untuk menentukan pengambilan keputusan ini saya meminta bantuan ibu Sri Saddemsi Rahayu teman se MGMP Bahasa Inggris di sekolah.dalam keseharian memang kami dari MGMP Bahasa Inggris SMA Negeri 7 Surakarta sering berdiskusi tentang materi, penilaian, Teknik mengajar  dan lain – lain. Kali ini saya berdiskusi dengan bu Saddemsi tentang dilemma etika yang saya alami. Ada kasus siswa kelas XII IPS yang Bernama Muhammad Irfan sering kali tidak masuk sekolah baik itu PJJ maupun PTM, sebenarnya murid tersebut sangat pandai, namun karena membantu orang tua nya bekerja maka sering juga tugas – tugas sekolah terbengkalai. Dan sebentar lagi adalah penerimaan raport, dimana kurikulum meminta jika murid – murid yang bermasalah hasil akhir nilainya adalah batas KKM. Memang benar bekerja untuk membantu orang tuanya adalah hal yang benar namun demikian  sebagai murid masuk sekolah adalah kewajiban dan guru memberikan nilai sesuai dengan tugas dan hasil murid. Yang menjadi dilemma adalah apakah tetap memberikan tambahan nilai seperti yang diinginkan kurikulum karena untuk pendaftaran Perguruan Tinggi dalam mencapai cita – citanya.

 


Dokumentasi saat berdiskusi dengan Waka kurikulum berkaitan dengan permasalahan.



 


Dokumentasi pada saat saya mengajak diskusi bu Saddemsi tentang dilema etika yang saya alami

 

https://drive.google.com/file/d/1Sbh5MsHnjw7ujZuOr1kbfdQtrPJcz5Q0/view?usp=sharing

 

Berikut adalah pemaparan langkah yang saya ambil dalam membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran terhadap dilema etika yang saya alami

Kasus yang terjadi adalah kisah nyata yang dialami oleh CGP sendiri (Tri Andari Setyaningrum).

Saya adalah guru pengajar Bahasa Inggris kelas XII, salah satu murid saya yang Bernama Muhammad Irfan tidak pernah mengumpulkan tugas dan tidak masuk sekolah baik PJJ maupun PTM. Saya meminta bantuan BK untuk home visit, ternyata dia selama ini bekerja membantu orang tuanya karena orang tuanya sakit. Sebentar lagi penerimaan raport semester 1 dan kurikulum meminta saya untuk memberikan nilai karena untuk membantu murid supaya dia mempunyai nilai dan dapat mendaftar UTBK untuk menuju Perguruan Tinggi. Saya merasa bimbang, apakah saya harus memberikan nilai seperti yang diminta oleh kurikulum atau kah membiarkan apa adanya karena hal ini berkaitan dengan kredibilitas dan integritas saya sebagai guru. Namun mengingat Muhammad Irfan adalah murid yang tidak bermasalah dan sebenarnya dia anak yang pintar. Dua – dua nya adalah hal yang benar, apakah keputusan yang saya ambil?

A.   Dilema etika yang terjadi

Benar versus Benar. Memberikan nilai tambahan bagi murid sebagai bekal dia untuk menuju ke perguruan tinggi adalah hal yang benar namun kredibilitas dan integritas saya sebagai guru dipertaruhkan  dan membantu orang tua bekerja sebagai tulang punggung karena kedua orang tua sakit adalah hal yang benar meski sekolah dinomorduakan.

B.   Paradigma Dilema etika yang terjadi : keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy).

Paradigma keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan.

C.   Prinsip pengambilan keputusan : Berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking).

      Saya sebagai Guru mempunyai kepedulian terhadap keadaan murid mengingat dengan kondisi Muhammad Irfan.

D.   Memuat 9 langkah pengambilan keputusan

1)    Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Nilai yang bertentangan adalah nilai kepatuhan dan empati

2)    apa yang terlibat dalam situasi tersebut ? Muhammad Irfan, guru-guru mata pelajaran, kepala sekolah

3)    Fakta yang relevan dengan situasi ini :Muhammad Irfan membantu orang tua nya bekerja karena kondisi kedua orang tua nya yang sakit sehingga dia tidak masuk sekolah dalam jangka waktu yang lama, memiliki nilai kosong atau kurang untuk sejumlah mapel

4)    Pengujian benar atau salah

a.    Uji Legal : tidak ada pelanggaran hukum

b.    Uji Regulasi : terjadi pelanggaran aturan sekolah berupa tidak masuk dalam jangka waktu yang lama

c.     Uji Intuisi : apakah guru akan merasa bertindak adil jika memberikan nilai dengan mudah, di sisi lain merasakan kasihan untuk masa depan murid tersebut

d.    Uji Publikasi : guru tidak nyaman karena mengganggu privacy murid dan akan berdampak sampai ke integritas sekolah

e.    Uji Panutan/Idola : memberikan nilai sesuai dengan kriteria penilaian masing-masing guru

5)    Pengujian paradigma benar lawan benar Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan

6)    Melakukan prinsip resolusi Berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

7)    Investigasi opsi trilema memberikan nilai dengan catatan mengerjakan tugas pengganti kehadiran yang dapat dikerjakan dirumah dan dapat dibantu anggota keluarga lainnya

8)    Buat keputusan menolong murid tersebut atas dasar belas kasihan dengan cara memberikan nilai dengan catatan mengerjakan tugas pengganti kehadiran yang dapat dikerjakan di rumah dan dapat dibantu anggota keluarga lainnya

9)    Lihat lagi keputusan dan refleksikan berpegang teguh pada peraturan itu penting, tetapi kita juga harus mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan kepedulian

Tuesday, April 26, 2022

 

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Tri Andari Setyaningrum

CGP Angkatan 4_SMA Negeri 7 Surakarta



 

 

 

 

 

 

 

 

 


“Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”

Ki Hadjar Dewantara

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pandangan Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan filosofi Pratap Triloka “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. ing Ngarso Sung Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mangun Karso adalah seorang pemimpin pembelajaran harus mampu membangkitkan semangat. Dan Tut WUri Handayani adalah seorang pemimpin pembelajaran harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Intinya adalah pembelajaran yang berpihak pada murid. Sehingga filosofi Pratap triloka akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin pembelajaran di kelas maupun di sekolah. Dalam pengambilan keputusan di sekolah harus merefleksikan nilai – nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah. Diperlukan keberanian dan kepercayaan diri seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sekaligus menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil, karena bagaimanapun juga keputsan yang diambil tidak dapat memuaskan semua pihak. Selain itu dalam pengambilan keputusan sangat dibutuhkan kejelasan visi dan misi, budaya dan nilai – nilai yang dianggap pentind di sekolah karena dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan implementasi dari filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang menekankan keberpihakan kepada murid. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dibutuhkan keterampilan sosial emosional (KSE) dan keterampilan Coaching. Sebelum pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus mengidentifikasi paradigma dan prinsip pengambilan dari situasi dilema etika yang dihadapi, selanjutnya melakukan pengujian keputusan melalui 9 tahap pengujian.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Karakter setiap orang adalah beda, demikian pula guru pasti memiliki karakter dan pribadi yang berbeda. Dan hal ini biasanya dipengaruhi oleh pprinsip – prinsip hidup yang dipercayai. Semua prinsip hidup yang dimiliki oleh guru akan mempengaruhi bagaimana cara guru mengambil keputusan. Nilai-nilai seorang guru haruslah dipenuhi dengan nilai kemanusiaan yang hakiki sehingga nilai-nilai tersebut akan membantunya membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid-muridnya.



 

 

 

 

 

 

 

 

 


Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki keterampilan coaching yang baik, keterampilan ini akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi atau alternatif keputusan lainnya sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Selain keterampilan coaching, dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran perlu memiliki keterampilan sosial - emosional seperti kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Ketika kita akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, kita melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar sebelum keputusan kita buat. Kita harus mengenali dengan jujur apakah masalah yang sedang dihadapinya tersebut sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Untuk diingat kembali perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah bahwa pada sebuah bujukan moral ada nilai salah yang terkandung di dalam keputusan tersebut. Bila kita sudah dapat mendeteksi ada kesalahan atau ketidakbenaran di dalam permasalahan tersebut, seharusnya respon yang kita ambil adalah menolaknya. Bujukan moral hanya membawa kita kepada kepada kesalahan yang lebih mendalam bila kita memilihnya, karena memang mengandung sebuah ketidakbenaran. Akan tetapi bila permasalahan yang kita hadapi memiliki kebenaran secara moral dari kedua sisi yang bertentangan, maka kita sedang berhadapan dengan sebuah dilema etika. Respon yang harus diambil pada sebuah dilema etika adalah:

(1) mengenali adanya nilai nilai yang saling bertentangan,

(2) mempertimbangkan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut,

(3) mengumpulkan seluruh data dan fakta yang relevan, lalu kita wajib

(4) menguji benar lawan salah. Uji tersebut dapat meliputi:

·       uji legal untuk melihat apakah ada ranah hukum yang dilanggar,

·       uji regulasi profesionalitas untuk melihat apakah ada yang bertentangan dengan aturan secara profesional,

·       uji intuisi mengecek apa kata hati nurani kita,

·       uji publikasi dan juga

·       uji panutan atau idola.

(5) Bila keputusan tersebut lolos melalui uji benar lawan salah, maka harus dilakukan uji benar lawan benar di mana kita dapat memandangnya dari empat paradigma yang ada meliputi:

·       Individu lawan masyarakat (individual vs community),

·       rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),

·       kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan

·       jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term).

(6) Kemudian permasalahan ini kita coba cari resolusinya dengan menggunakan cara pandang atau prinsip resolusi penyelesaian dilema. Apakah kita akan memandangnya melalui prinsip

·       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking),

·       Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), atau

·       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

(7) Kemudian kita juga dapat mencari jalan tengah yang dapat diambil atau seringkali disebut Investigasi Opsi Trilema agar keputusan tidak harus saling berlawanan (win win solution).

(8) Bila semua telah dipertimbangkan maka kita dapat dengan yakin mengambil keputusan akhir yang terbaik serta

(9) direfleksikan kembali, apakah keputusan tersebut sudah yang terbaik yang dapat diambil.


 

 

 

 

 


 


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Tindakan yang dilakukan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan, kebiasaan dengan berjalannya waktu akan menjadi karakter. Setiap orang dibesarkan dan hidup di lingkungn denga karakter dan nilai – nilai norma berbeda – beda. Hal ini secara tidak langsung akan membentuk moral dan etika seseorang. Semua orang memiliki sudut pandang dan persepsi yang berbeda dalam setiap permasalahan. Demikian juga guru karena perbedaan karakter, moral dan etika maka dalam menikapi permasalahan pun akan berbeda-beda tergantung pada sudut pandang mana dia berpijak, dan yang pasti guru akan terbetuk dalam dirinya nilai – nilai yang dipercayainya. Dalam pengambilan suatu keputusan guru akan melihat dari sudut pandang yang berbeda sesuai nilai – nilai yang dimiliki guru sehingga melihat permasalahan dari pandanannya. Misalnya, ada yang fokus untuk memandang masalah tersebut melalui hasil akhir yang akan terjadi (End based thinking) karena dia dididik untuk selalu memberikan hasil terbaik. Ada juga yang berfokus pada peraturan yang berlaku (Rule based thinking) karena dia dididik untuk selalu mematuhi peraturan yang ada. Bahkan ada yang selalu melihatnya dari sisi kemanusiaannya (Care based thinking) meskipun itu dapat berpotensi melanggar aturan dan lainnya.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif , aman dan nyaman adalah dengan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Bila guru berpihak pada murid, maka guru akan memiliki empati dan kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan murid sehingga murid akan merasa aman, nyaman dan terciptalah lingkungan yang positif dan kondusif. Selain itu dalam pengambilan keputusan penting sekali berdasar pada visi dan dan tujuan sekolah, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan. Apabila sudah melewati semua maka hasil keputusan akan tepat dan sesuai harapan semua pihak dan yang pasti akan berdampak pada lingkungan yang positif dan kondusif.

Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan di lingkungan saya yang  sulit untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilemma etika adalah pandangan atau paradigma setiap pihak berbeda, masing – masing memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi suatu permasalahan. Bila semua dapat berkomunikasi dengan baik dan menyatukan pendapat mengenai paradigma yang akan dipakai dalam memutuskan sebuah permasalahan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan dapat diatasi, atau minimal menjadi semakin ringan untuk diputuskan tanpa menimbulkan gesekan atau masalah di kemudian hari.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?      

Guru sebagai pemimpin pembelajaran bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang terjadi di kelas. Apabila seorang guru menguasai Teknik dalam pengambilan keputusan, baik itu 4 paradigma, 3 prinsip maupun 9 langkah pengambilan keputusan, coaching dan sosial emosional maka keputusan yang diambil guru akan lebih bijaksana. Dan hal ini akan membuat seorang guru tidak akan mengambil keputusan yang berupa bujukan moral atau bahkan berpotensi untuk merugikan murid. Keputusan yang bertanggungjawab akan membawa manfaat baik kepada diri sendiri maupun murid bahkan kepada seluruh warga sekolah.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus benar – benar dapat mengambil keputusan yang menguntungkan semua pihak dalam hal ini murid, karena hal ini akan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid. Dengan pengambilan keputusan yang tepat dan tidak menimbulkan gesekan di kemudian hari akan membuat murid merasa puas dan Bahagia sehingga membuat murid semakin tumbuh dan berkembang dengan nyaman untuk mencapai cita- citanya.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menguasai dalam pengambilan keputusan jika dihadapkan dalam permasalahan dilemma etika maupun bujukan moral dengan memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan. Dengan menguasai Teknik coaching yang benar serta sosial emosional yang tinggi maka dalam pengambilan keputusan akan menjadi lebih baik .

 

 

 



 

Modul 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual, Pengambilan Keputusan

Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Tri Andari Setyaningrum

CGP Angkatan 4_SMA Negeri 7 Surakarta

 

Semangat pagi sobat blogger semuanyaa…..

Kali ini saya akan berbagi tentang tugas guru penggerak. Tugas nya adalah Modul 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual, Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Namun sebelum saya melanjutkan untuk tugas demonstrasi kontektual, saya akan berbagi dulu tentang materi yang ada di modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Sebagai seorang pendidik dan juga pemimpin pembelajaran sering kita dihadapkan pada situasi dimana kita harus mengambil keputusn yang melibatkan kedua pihak yang sama- sama benar, tapi saling bertentangan.

A. Perbedaan Bujukan Moral dan Dilema Etika

Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ada dua hal yang terjadi yaitu bujukan moral dan dilema etika. Nah apakah perbedaan antara bujukan moral dan dilemma etika?

·       Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. 

·       Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.

 

B. Empat Paradigma dalam Pengambilan Keputusan

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika bisa dikategorikan sebagai berikut:

1.    Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

C. Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu. 

1.    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

D. Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.

 

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu kita dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

1.    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.    Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

5.    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6.    Melakukan Prinsip Resolusi.

7.    Investigasi Opsi Trilema.

8.    Buat Keputusan.

9.    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

Demikian tadi rangkuman dari materi modul 3.1, berikutnya adalah tugas demonstrasi kontekstual dengan empat pertanyaan pemantik.

  1. Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Belajar dan berbagi. Setelah belajar baik melalui LMS maupun lokakarya, saya akan membagikannya kepada teman sejawat di sekolah, MGPM sekolah, lewat media sosial dan blog. Saya mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan di program guru penggerak dengan cara:

a.    Sharing dan diskusi dengan komunitas praktisi “MAJU” di sekolah saya SMA Negeri 7 Surakarta.

b.    Mensosialisasikan setiap materi yang saya peroleh di program guru penggerak kepada teman sejawat melalui workshop.

c.     Melakukan aksi nyata di sekolah.

d.    Berbagi materi yang saya dapat dari program penggerak melalui blog, facebook, IG maupun you tube.

  1. Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, untuk mewujudkan merdeka belajar dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid, tentunya suatu waktu kita akan dihadapkan pada situasi dilema untuk mengambil sebuah keputusan yang terbaik dan menguntungkan semua pihak atau win win solution. Adapun langkah-langkah awal yang akan saya lakukan yaitu:

1)    Memastikan terlebih dahulu apakah dalam mengambil keputusan sudah sesuai dengan apa yang telah menjadi kesepakatan sekolah.

2)    Menganalisa permasalahan pada situasi yang ada sesuai dengan paradigma pengambilan keputusan.

3)    Menentukan prinsip pengambilan keputusan.

4)    Melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

 

  1. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Saya akan menerapkan Langkah – Langkah dalam pengambilan keputusan Ketika saya dihadapkan pada situasi dimana saya harus mengambil sutau keputusan yang bijaksana, terbaik dan menguntungkan semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan. Jadi penerapan ini bisa jadi hari ini, besok, minggu depan atau kapan saja disaat  saya dihadapkan suatu permasalahan yang harus saya selesaikan. Rencana dan harapan saya adalah dalam setiap pengambilan keputusan saya harus selalu memperhatikan 4 paradigma, tiga prinsip dan Sembilan Langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga saya mendapatkan hasil yang bijak.

  1. Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya perlu sekali masukan dari teman – teman sejawat di sekolah saya sebagai tempat untuk berdiskusi sehingga kita dapat mengetahui dan yakin bahwa keputusan yang telah kita ambil sudah efektif atau belum. orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, komite sekolah, atau bisa juga pengawas sekolah. 

 

 

Demikian tugas Modul 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual, Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, semoga bermanfaat bagi kita semua

 

Salam guru Penggerak

 

 

 

 

 

 

          Kode Modul Ajar   ING.E.10.1.5 Nama Penyusun/Institusi/Tahun   Tri Andari Setyan...