Story mapping Narrative
Dengan model Two Stay Two Stray (TSTS)
Oleh
Tri
Andari Setyaningrum,S.Pd.,M.Pd
Dengan
dicanangkannya Kurikulum Merdeka dalam satuan Pendidikan adalah menjadi salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia yang sesuai
dengan kebutuhan zaman saat ini. Karakteristik kurikulum merdeka adalah
mendukung pemulihan pembelajaran dimana pembelajaran berbasis projek untuk
pengembangan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasil, focus pada
materi esensial seperti literasi dan numerasi, serta fleksibilitas guru dalam
penyampaian materi secara diferensiasi. Dalam kurikulum merdeka ini dimana
pembelajaran diharapkan lebih berpihak kepada siswa tidak hanya membentuk siswa
yang cerdas namun juga siswa yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar
Pancasila. Siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya,
meningkatkan wawasan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan bermanfaat
untuk kehidupan di masa depan. Untuk itu Pendidikan disini sangat erat
hubungannya dengan proses belajar mengajar dimana guru menjadi salah satu
komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris memiliki
peluang untuk mencapai profil pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis,
visual, teks oral, maupun kegiatan – kegiatanyang dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Salah satu teks yang diajarkan dalam Bahasa inggris adalah
narrative, hal ini tidak hanya dalam bentuk teks tulisan saja namun juga dalam
bentuk teks lisan monolog atau dialog, teks visual teks audio, dan teks
multimodal teks. Disini guru dapat membantu siswa dalam membangun pemahaman
tentang teks narrativesehingga siswa mampu menghasilkan karya dalam jenis teks
narrative baik lisan maupun tulisan.
Story mapping
dengan model pembelajaran TSTS ini akan mengubah teknik mengajar guru dari
ceramah menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa tidak
bosan serta pembelajaran tidak terkesan kaku atau beku sehingga lebih mudah
siswa dalam memahami materi. Story mapping dengan model TSTS adalah model
pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran mereka. Model pembelajaran TSTS ini sangat sesuai dengan
pembelajaran di kurikulum merdeka dimana menuju siswa yang memiliki profil
pelajar Pancasila, yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, mandiri
dan kreatif. Pada profil pelajar Pancasila menjadikan siswa akan memiliki
kompetensi tinggi, berkarakter dan berbudaya positif.
Dengan model TSTS
ini siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan bernalar kritis yang baik, kreatifitas
yang tinggi dalam memodifikasi atau menghasilkan story mapping yang bermanfaat
serta berdampak baik, kemampuan berpendapat dan bekerja sama dalam kelompok.
Dalam pembelajaran sebagai guru memiliki peranan yang sangatlah penting untuk
dapat membawa pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan. Guru tidak
hanya berkewajiban mengajarkan materi dalam pembelajaran untuk mencapai
kompetensi siswa namun juga harus dapat menggali potensi dan bakat siswa serta
dapat mengarahkannya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki siswa.
Penggunakan story
mapping dengan model TSTS ini mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan, dan juga menyimak materi
yang dijelaskan oleh temannya. Selain itu dalam stategi ini terdapat pembagian
tugas yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan
temannya.
Story mapping
adalah Teknik mencatat ide dalam visual grafik. Teknik story mapping dapat
mengembangkan cara kerja otak untuk mengingat informasi dalam bentuk diagram,
symbol, gambar dan bentuk – bentuk visual (Porter& Hernacki, 2001:152).
Menurut Idol&
Croll (1987) story mapping sebagai prosedur untuk membantu dalam mengenal
kerangka dasar cerita naratif untuk meningkatkann pemahaman teks. Story mapping
dapat membantu siswa memahami teks yang dibaca melalui bagan – bagan informasi
yang ada dalam suatu cerita. Diantaranya yaitu orientation, complication dan
resolution.
Menurut Suprijono
(2010:93) model two stay two stray atau dua tinggal dua tamu. Pembelajaran
dengan model ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk
guru memberikan tugas berupa permasalahan – permasalahan yang harus mereka
diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok selesai, dua orang dari
masing – masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok
yang lain. anggota kelompok yang tidak bertugas sebagai tamu maka wajib
menerima tamu dari kelompok lain. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja
kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang bertugas sebagai tamu wajib bertamu
kepada seluruh kelompok. Jika sudah selesai, mereka Kembali ke kelompoknya
sendiri kemudian membahas hasil kerja dari apa yang sudah mereka peroleh selama
bertamu.
Model
pembelajaran kooperatif two stay two stray menurut Ika Berdiati (2010:92 adalah
model pembelajaran two stay two stray atau dua tinggal dua bertamu yang merupakan
pembelajaran kooperatif yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk berbagi
pengetahuan baik dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya. Dalam diskusi
kelompok siswa dituntuk berperan secara aktif untuk memecahkan suatu masalah
secara Bersama sama dengan teman sekelompoknya.
Model
pembelajaran kooperatif TSTS pada materi Narrative ini melalui story mapping
ini dapat melatih siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok,
mendorong siswa untuk belajar berbicara dan bertanya dalam Bahasa inggris,
kreatif dalam menyusun sebuah story mapping, Demikian pula siswa yang tinggal
di tempat akan terpacu mengutarakan pendapatnya dan berani menyampaiakan hasil
diskusi kelompoknya. Kegiatan ini sangat bermanfaat sekali karena ada interaksi
untuk saling bertukar pendapat antar siswa yang bertamu dengan siswa yang
tinggal di tempat untuk tema yang didiskusikan.
Langkah -langkah
dalam menggunakan story mapping dengan model pembelajaran TSTS untuk materi
Narrative adalah : 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan tiap
kelompok terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok
heterogen semisal satu kelompok terdiri dari 1 orang yang kemampuannya tinggi,
2 siswa yang kemampuannya sedang dan 1 siswa yang kemampuannya rendah. Hal ini
bertujuan agar ada peer teaching/tutoring dalam kelompok. 2) Guru memberikan
beberapa sub tema dalam materi Narrative dan membaginya dengan cara undian,
masing – masing perwakilan kelompok dapat mengambil undian untuk mengetahui sub
tema apa yang akan mereka diskusikan 3) Siswa harus bekerja sama dengan teman
sekelompoknya untuk mengerjakan dan memahami tema yang diberikan guru dan
membuat story mapping dari sub tema yang diperoleh. 4) setelah selesai, dua
orang dari masing – masing kelompok berkunjung ke kelompok yang lain untuk
mendapatkan informasi dari kelompok yang dikunjungi. 5) Dua orang yang tinggal
dalam kelompok berkewajiban menyajikan hasil diskusi kelompoknya kepada tamu
yang datang. 6) Tamu Kembali ke kelompoknya masing – masing untuk melaporkan hasil
temuannya saat berkunjung. 7) Kelompok membahas hasi – hasil kerja mereka. 8)
Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. 9) Dan yang
terakhir guru dapat memberikan reward bagi masing – masing kelompok.
Dengan
menggunakan model TSTS pada story mapping Narrative ini diharapkan proses
pembelajaran materi Narrative akan semakin bergairah, siswa menjadi senang,
kreatif, kritis, inovative dan termotivasi. Siswa lebih memahami materi tentang
Narrative dan jenis – jenis teks Narrative dalam suatu karya. Dan dengan
demikian prestasi siswa sangat berpotensi mengalami kenaikan. Selain dapat
meningkatkan semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
memicu guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran
dan dapat menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
- De
Porter dan Hernacki. 2001. Model Quantum Learning. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Learning. Yogyakarta. Pustaka Media.
- Berdiati,
Ika. 2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis PAKEM
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Bandung:
Sega Asry.
- dol, L., & Croll,
V. (1987). Story mapping training as a means of improving reading comprehension.
Learning Disability Quarterly, 109, 214-230. doi:10.2307/1510494
- https://buku.yunandracenter.com/produk/balitbangbuk-no-028-tahun-2021-capaian-pembelajaran-paud-sd-smp-sma-smk-slb/
- Sutikno,
Sobry. 2014. Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan
Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Lombok: Holistica.
No comments:
Post a Comment