Sunday, August 28, 2022

 

Story mapping Narrative

Dengan model Two Stay Two Stray (TSTS)

Oleh

Tri Andari Setyaningrum,S.Pd.,M.Pd

  

Dengan dicanangkannya Kurikulum Merdeka dalam satuan Pendidikan adalah menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini. Karakteristik kurikulum merdeka adalah mendukung pemulihan pembelajaran dimana pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasil, focus pada materi esensial seperti literasi dan numerasi, serta fleksibilitas guru dalam penyampaian materi secara diferensiasi. Dalam kurikulum merdeka ini dimana pembelajaran diharapkan lebih berpihak kepada siswa tidak hanya membentuk siswa yang cerdas namun juga siswa yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya, meningkatkan wawasan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan bermanfaat untuk kehidupan di masa depan. Untuk itu Pendidikan disini sangat erat hubungannya dengan proses belajar mengajar dimana guru menjadi salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris memiliki peluang untuk mencapai profil pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis, visual, teks oral, maupun kegiatan – kegiatanyang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Salah satu teks yang diajarkan dalam Bahasa inggris adalah narrative, hal ini tidak hanya dalam bentuk teks tulisan saja namun juga dalam bentuk teks lisan monolog atau dialog, teks visual teks audio, dan teks multimodal teks. Disini guru dapat membantu siswa dalam membangun pemahaman tentang teks narrativesehingga siswa mampu menghasilkan karya dalam jenis teks narrative baik lisan maupun tulisan.

Story mapping dengan model pembelajaran TSTS ini akan mengubah teknik mengajar guru dari ceramah menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa tidak bosan serta pembelajaran tidak terkesan kaku atau beku sehingga lebih mudah siswa dalam memahami materi. Story mapping dengan model TSTS adalah model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka. Model pembelajaran TSTS ini sangat sesuai dengan pembelajaran di kurikulum merdeka dimana menuju siswa yang memiliki profil pelajar Pancasila, yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, mandiri dan kreatif. Pada profil pelajar Pancasila menjadikan siswa akan memiliki kompetensi tinggi, berkarakter dan berbudaya positif.

Dengan model TSTS ini siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan bernalar kritis yang baik, kreatifitas yang tinggi dalam memodifikasi atau menghasilkan story mapping yang bermanfaat serta berdampak baik, kemampuan berpendapat dan bekerja sama dalam kelompok. Dalam pembelajaran sebagai guru memiliki peranan yang sangatlah penting untuk dapat membawa pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan. Guru tidak hanya berkewajiban mengajarkan materi dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi siswa namun juga harus dapat menggali potensi dan bakat siswa serta dapat mengarahkannya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki siswa.

Penggunakan story mapping dengan model TSTS ini mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan, dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh temannya. Selain itu dalam stategi ini terdapat pembagian tugas yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan temannya.

Story mapping adalah Teknik mencatat ide dalam visual grafik. Teknik story mapping dapat mengembangkan cara kerja otak untuk mengingat informasi dalam bentuk diagram, symbol, gambar dan bentuk – bentuk visual (Porter& Hernacki, 2001:152).

Menurut Idol& Croll (1987) story mapping sebagai prosedur untuk membantu dalam mengenal kerangka dasar cerita naratif untuk meningkatkann pemahaman teks. Story mapping dapat membantu siswa memahami teks yang dibaca melalui bagan – bagan informasi yang ada dalam suatu cerita. Diantaranya yaitu orientation, complication dan resolution.

Menurut Suprijono (2010:93) model two stay two stray atau dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan model ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan – permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok selesai, dua orang dari masing – masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. anggota kelompok yang tidak bertugas sebagai tamu maka wajib menerima tamu dari kelompok lain. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang bertugas sebagai tamu wajib bertamu kepada seluruh kelompok. Jika sudah selesai, mereka Kembali ke kelompoknya sendiri kemudian membahas hasil kerja dari apa yang sudah mereka peroleh selama bertamu.

Model pembelajaran kooperatif two stay two stray menurut Ika Berdiati (2010:92 adalah model pembelajaran two stay two stray atau dua tinggal dua bertamu yang merupakan pembelajaran kooperatif yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya. Dalam diskusi kelompok siswa dituntuk berperan secara aktif untuk memecahkan suatu masalah secara Bersama sama dengan teman sekelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif TSTS pada materi Narrative ini melalui story mapping ini dapat melatih siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok, mendorong siswa untuk belajar berbicara dan bertanya dalam Bahasa inggris, kreatif dalam menyusun sebuah story mapping, Demikian pula siswa yang tinggal di tempat akan terpacu mengutarakan pendapatnya dan berani menyampaiakan hasil diskusi kelompoknya. Kegiatan ini sangat bermanfaat sekali karena ada interaksi untuk saling bertukar pendapat antar siswa yang bertamu dengan siswa yang tinggal di tempat untuk tema yang didiskusikan.

Langkah -langkah dalam menggunakan story mapping dengan model pembelajaran TSTS untuk materi Narrative adalah : 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok heterogen semisal satu kelompok terdiri dari 1 orang yang kemampuannya tinggi, 2 siswa yang kemampuannya sedang dan 1 siswa yang kemampuannya rendah. Hal ini bertujuan agar ada peer teaching/tutoring dalam kelompok. 2) Guru memberikan beberapa sub tema dalam materi Narrative dan membaginya dengan cara undian, masing – masing perwakilan kelompok dapat mengambil undian untuk mengetahui sub tema apa yang akan mereka diskusikan 3) Siswa harus bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk mengerjakan dan memahami tema yang diberikan guru dan membuat story mapping dari sub tema yang diperoleh. 4) setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok berkunjung ke kelompok yang lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang dikunjungi. 5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok berkewajiban menyajikan hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang datang. 6) Tamu Kembali ke kelompoknya masing – masing untuk melaporkan hasil temuannya saat berkunjung. 7) Kelompok membahas hasi – hasil kerja mereka. 8) Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. 9) Dan yang terakhir guru dapat memberikan reward bagi masing – masing kelompok.

Dengan menggunakan model TSTS pada story mapping Narrative ini diharapkan proses pembelajaran materi Narrative akan semakin bergairah, siswa menjadi senang, kreatif, kritis, inovative dan termotivasi. Siswa lebih memahami materi tentang Narrative dan jenis – jenis teks Narrative dalam suatu karya. Dan dengan demikian prestasi siswa sangat berpotensi mengalami kenaikan. Selain dapat meningkatkan semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan memicu guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran dan dapat menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran selanjutnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • De Porter dan Hernacki. 2001. Model Quantum Learning. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Media.
  • Berdiati, Ika. 2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Bandung: Sega Asry.
  • dol, L., & Croll, V. (1987). Story mapping training as a means of improving reading comprehension. Learning Disability Quarterly, 109, 214-230. doi:10.2307/1510494
  • https://buku.yunandracenter.com/produk/balitbangbuk-no-028-tahun-2021-capaian-pembelajaran-paud-sd-smp-sma-smk-slb/
  • Sutikno, Sobry. 2014. Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan. Lombok: Holistica.

 

 

No comments:

Post a Comment

          Kode Modul Ajar   ING.E.10.1.5 Nama Penyusun/Institusi/Tahun   Tri Andari Setyan...