Jurnal
Minggu ke 15
Tri
Andari Setyaningrum
CGP
Angkatan 4_ SMA Negeri 7 Surakarta
Pada Jurnal Minggu ke 15 ini saya
mencoba menggunakan model:
Refleksi Model 6 (5R): Reporting,
Responding, Relating, Reasoning, Recontructing
Reporting
Alhamdulillah minggu ini setelah aksi
nyata penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional,
CGP melangkah menuju materi modul 2.3 tentang Coaching. Awal mula membaca
materi mulai dari diri sendiri CGP mendapatkan quisioner yang harus diisi
terkait pengalaman di sekolah dalam mengatasi permasalahan yang pernah dihadapi
saat mengajar di sekolah. Berlanjut di eksplorasi konsep mandiri, CGP
mendapatkan tambahan materi terkait definisi coaching, perbedaan antara
coaching, mentoring dan konseling serta langkah langkah yang dapat diambil
dalam proses coaching yang sesuai dengan model TIRTA.
Responding
Terkait
dengan materi coaching ini, sungguh sangat bermanfaat bagi saya pribadi sebagai
seorang guru, yang menghadapi berbagai karakter dan permasalahan dari anak
didik. Pengetahuan akan langkah langkah coaching sedikit membuka dan menambah
wawasan saya dalam pelaksanaan coaching. Menurut Grant (1999) : “coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Menurut Whitmore (2003) coaching merupakan kunci pembuka potensi seseorang
untuk memaksimalkan kinerjanya, dimana coaching lebih kepada membantu seseorang untuk
belajar dari pada mengajarinya. Sedangkan International Coach Federation (ICF) mendifinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional. Dari
pengertian-pengertian di atas, maka ada beberapa prinsip teknik coaching,
yaitu:
Ø fokus pada solusi dan
berorientasi pada hasil;
Ø solusi yang diberikan
sistematis;
Ø choaching harus dapat
memberikan fasilitas untuk meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari choachee;
Ø coaching dapat membuka
potensi dari seseorang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan
kinerjanya
Ø coaching membantu seseorang
belajar bukan mengajari
Ø hubungan antara coach dan coachee bersifat
kemitraan
Ø seorang coach bisa
siapa saja tidak harus seorang yang ahli atau berpengalaman
Pada minggu ini CGP diajak
untuk berlatih melakukan coaching dengan diberikan 3 kasus dimana kita diajak
untuk bermain peran sebagai seorang Coach, coachee dan pengamat secara
bergantian melalui ruang kolaborasi. Kemudian kami mempresentasikan hasil dari
praktik kelompok kami yang sudah direkam dan meminta saran dari teman- teman CGP
yang lain.
Relating
Dalam proses coaching murid
diberikan kebebasan dan guru dapat memberikan tuntunan melalui
pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan yang dimiliki oleh murid dapat
tumbuh. Sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah
menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat
memperbaiki lakunya.
Salah satu penerapan pinsip-prinsip coaching di
sekolah yang dapat dilakukan oleh guru agar murid memiliki kemandirian dalam
mencari jawaban dari permasalahan pembelajaran dalam suatu materi, maka
hendaknya guru memberikan berbagai alternatif kepada mereka untuk menggunakan
media, sumber belajar, dan cara apa yang ingin mereka gunakan sesuai
dengan minat, kebutuhan belajar, dan profil belajar murid.
Reasoning
Coaching menjadi proses yang sangat
penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka
belajar, di mana program ini membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar
sehingga murid dapat memaksimalkan potensi yag dimiliki. Dari pertanyaan-pertanyaan
reflektif yang mendalam akan membuat murid lebih berpikir secara kritis dan
mendalam yang akhirnya mereka dapat menemukan potensi yang ada di dalam diri dan
kemudian mengembangkan potensi tersebut. Setiap murid memiliki potensi yang
berbeda, untuk mengembangkan potensi tersebut, merupakan tanggung jawab seorang
guru yang dapat dilakukan dengan proses coaching. Coaching merupakan
alat untuk dapat memaksimalkan potensi murid, sehingga seorang guru hendaknya
memiliki keterampilan coaching diantaranya adalah keterampilan
berkomunikasi. Selain keterampilan berkomunikasi, International Coach
Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi
dasar bagi seorang coach yaitu :
1. Keterampilan membangun
dasar proses coaching
2. Keterampilan membangun
hubungan baik
3. Keterampilan berkomunikasi
4. Keterampilan memfasilitasi
pembelajaran
Salah satu model coaching adalah TIRTA yang
dikembangkan dari model coaching GROW yang dikenal sangat luas
dan telah diaplikasikan. GROW kepanjangan dari Goal, Reality, Options,
dan Will. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar
yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. TIRTA
kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab.
Dari segi Bahasa TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir, jadi
apabila diibaratkan murid adalah air maka biarkan mereka merdeka dan mengalir
lepas sedangkan guru bertugas menjaga air tersebut tetap mengalir tanpa
sumbatan-sumbatan yang dapat menghambat potensi mereka dengan
keterampilan coaching yang dimiliki oleh guru.
Recontructing
Setelah mendapat pengetahuan dan wawasan
tentang coaching, saya menjadi sedikit lebih memahami apa perbedaan coaching,
konseling dan juga mentoring. Saya ingin lebih memperdalam ilmu dan
keterampilan ini sebagai kompetensi yang mendukung profesi saya sebagai guru
dengan menerapkan model coaching TIRTA (Tindakan, Identifikasi, Rencana Aksi
dan Tanggung Jawab) pada setiap permasalahan murid sehingga saya dapat membantu
murid untuk menggali potensi yang ada di dalam diri dan mendorong mereka untuk
terus berkembang sesuai dengan potensi tersebut. Untuk kedepannya saya
akan terus berlatih menggali pertanyaan – pertanyaan yang reflektif dengan
mempraktikkan model TIRTA ini.
No comments:
Post a Comment